MAKALAH PENERAPAN KONSEP DASAR IPS
DI KOTA SEMARANG
Mata Kuliah Pendidikan IPS
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Pendidikan IPS
Disusun oleh :
Clara Desta Krisdiyanti (151134170) / 4E
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2017
a. Konsep Lokasi
Kota Semarang terletak pada 6º50' - 7º10'LS dan 109º35' - 110º50'BT, dan sekitar 558 km sebelah timur Jakarta , atau 312 km sebelah barat Surabaya , atau 621 km sebalah barat daya Banjarmasin. Semarang berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Demak di timur, Kabupaten Semarang di selatan, dan Kabupaten Kendal di barat. Luas Kota Semarang yaitu 373.67 km2.
b. Konsep Jarak
Konsep jarak pada hakikatnya adalah pemisah antar wilayah atau tempat. Contohnya, jarak geometrik antara Semarang dan Magelang sekitar 165 Km maka dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 2 jam.
c. Konsep Keterjangkauan
Konsep keterjangkauan adalah mudah sulitnya suatu lokasi untuk dapat dijangkau yang dipengaruhi oleh faktor lokasi, jarak dan kondisi tempat. Contoh, Kota Semarang adalah ibu kota Provinsi Jawa Tengah maka menjadikan Semarang kota yang besar, sehingga jalan di Kota Semarang atau menuju ke Kota Semarang memiliki kondisi jalan yang mulus. Sehingga memudahkan untuk dijangkau oleh masyarakat.
d. Konsep Morfologi
Konsep morfologi merupakan perwujudan bentuk daerah muka bumi sebagai hasil pengangkatan atau penurunan wilayah, dataran rendah, dataran tinggi, gunung merapi, pesisir, dll. Contoh yang di Kota Semarang antara lain :
Pegunungan : Bandungan
Gunung : Ungaran
Pesisir : Semarang Utara
e. Konsep Aglomerasi
Konsep Aglomerasi yaitu kecenderungan perpindahan penduduk pada wilayah yang relatif sempit tetapi sifatnya menguntungkan. Contoh di Kota Semarang adalah kecenderungan penduduk berkumpul di wilayah Simpang Lima atau Tugu Muda disebabkan karena tempat tersebut banyak terdapat kantor-kantor dimana tempat orang-orang bekerja.
f. Konsep Pola
Konsep yang berkaitan dengan susunan, bentuk dan persebaran flora dan fauna dalam ruang muka bumi baik fenomena alami atau sosial. Contoh di Kota Semarang adalah pola permukiman di daerah Gunungpati cenderung mengelompok, sedangkan permukiman di daerah sungai dan rel kereta api cenderung memanjang.
Semarang memiliki 16 Kecamatan dan 177 Kelurahan
| Banyumanik |
Pudakpayung
,
Gedawang
,
Jabungan
,
Padangsari
,
Srondol Wetan
, Srondol Kulon,
Pedalangan,
Sumurboto, Banyumanik,
Tinjomoyo
,
Ngesrep
|
| Candisari | |
| Gajahmungkur |
Bendanduwur
,
Bendanngisor
,
Bendungan
,
Gajahmungkur
,
Karangrejo
,
Lempongsari
,
Petompon
,
Sampangan
|
| Gayamsari | |
| Genuk |
Bangetayu Kulon, Bangetayu Wetan, Banjardowo,
Gebangsari, Genuksari, Karangroto, Kudu, Muktiharjo
Lor, Penggaron Lor, Sembungharjo, Terboyo Kulon,
Terboyo Wetan, Trimulyo
|
| Gunungpati |
Cepoko, Gunungpati, Jatirejo, Kalisegoro, Kandri,
Mangunsari, Ngijo, Nongkosawit, Pakintelan, Patemon,
Plalangan, Pongangan, Sadeng, Sekaran, Sukorejo,
Sumurejo
|
| Mijen |
Bubakan, Cangkiran, Jatibarang, Jatisari, Karangmalang,
Kedungpani, Mijen, Ngadirgo, Pesantren, Polaman,
Purwosari, Tambangan, Wonolopo, Wonoplumbon,
|
| Ngaliyan |
Bambankerep, Beringin, Gondoriyo, Kalipancur, Ngaliyan,
Podorejo, Purwoyoso, Tambak Aji, Wonosari
|
| Pedurungan |
Gemah, Kalicari, Muktiharjo Kidul, Palebon, Pedurungan
Kidul, Pedurungan Lor, Pedurungan Tengah, Penggaron
Kidul, Plamongan Sari, Tlogomulyo, Tlogosari Kulon,
Tlogosari Wetan,
|
| Semarang Barat |
Bojongsalaman, Bongsari, Cabean, Gisikdrono,
Kalibanteng Kidul, Kalibanteng Kulon, Karangayu,
Kembangarum, Krapyak, Krobokan, Manyaran,
Ngemplaksimongan, Salamanmloyo, Tambakharjo, Tawangmas,
Tawangsari
|
| Semarang Selatan |
Barusari, Bulustalan, Lamper Kidul, Lamper Lor, Lamper
Tengah, Mugassari, Peterongan, Pleburan, Randusari,
Wonodri
|
| Semarang Tengah |
Bangunharjo, Brumbungan, Gabahan, Jagalan, Karangkidul,
Kauman, Kembangsari, Kranggan, Miroto, Pandansari,
Pekunden, Pendrikan Kidul, Pendrikan Lor, Purwodinatan,
Sekayu
|
| Semarang Timur |
Bugangan, Karangtempel, Karangturi, Kebonagung,
Kemijen, Mlatibaru, Mlatiharjo, Rejomulyo, Rejosari,
Sarirejo, Bandarharjo
|
| Semarang Utara |
Bulu Lor, Dadapsari, Kuningan, Panggung Kidul, Panggung
Lor, Plombokan, Purwosari, Tanjungmas
|
| Tembalang |
Bulusan, Jangli, Kedungmundu, Kramas, Mangunharjo,
Meteseh, Rowosari, Sambiroto, Sendangguwo,
Sendangmulyo, Tandang, Tembalang
|
| Tugu |
Jerakah, Karanganyar, Mangkang Kulon, Mangkang Wetan,
Mangunharjo, Randu Garut, Tugurejo
|
A. Sektor Pertanian
Sub sektor ini mencakup komoditi tanaman bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah sayur-sayuran, buah-buahan, kacang hijau, tanaman pangan lainnya, dan karet. Kabupaten Semarang memiliki agroklimat yang sesuai untuk pengembangan berbagai macam komoditi pertanian didukung peluang pasar yang cukup luas.
B. Peternakan dan Hasil-hasilnya.
Sub Sektor ini mencakupn produksi ternak besar, ternak kecil, unggas maupun hasil -hasil ternak, seperti sapi, kerbau, babi, kuda, kambing, domba, telur dan susu segar. Produksi ternak diperkirakan sama dengan jumlah ternak yang dipotong ditambah perubahan stok populasi ternak dan ekspor ternak neto. Data mengenai jumlah ternak yang dipotong, populasi ternak, produksi susu dan telor serta hasil-hasil ternak diperoleh dari Dinas Peternakan.
Tujuan
Mengembangkan agribisnis peternakan guna meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk peternakan yang dapat memperluas lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan petani ternak.
Sasaran
- Meningkatnya produktivitas, kualitas dan produksi komoditas unggulan peternakan.
- Meningkatnya kesempatan kerja dan berusaha di pedesaan.
- Meningkatnya nila tambah.
- Meningkatnya investasi swasta.
- Terpeliharanya sistem sumber daya peternakan.
Sub sektor kehutanan mencakup beberapa jenis kegiatan seperti penebangan kayu dan pengambilan hasil hutan lainnya. Kegiatan penebangan kayu menghasilkan kayu gelondongan, kayu bakar, arang dan bambu. Sedangkan hasil kegiatan pengambilan hasil hutan lainnya berupa kulit kayu, kopal, akar-akaran dan sebagainya
D. Perikanan
Komoditi yang dicakup adalah semua hasil kegiatan perikanan laut, perairan umum, tambak, kolam, sawah dan karamba.
E. Pertambangan Dan Penggalian
Merupakan bagian dari sumberdaya alam dari jenis sumberdaya mineral, yaitu semua cadangan bahan galian yang dijumpai di muka bumi dan dapat dipakai bagi kebutuhan manusia. Sumberdaya mineral ini dalam bentuk zat padat yang sebagian besar terdiri dari kristal, mempunyai sifat homogen, merupakan unsur atau senyawa kimia anorganik alamiah dengan susunan kimia yang tetap dan terdapat di bagian kerak bumi sebagai material penyusun atau bahan pembentuk batuan yang mempunyai nilai ekonomi. Menurut data Metropolitan Semarang dalam Angka (1998), sumberdaya mineral ini mempunyai nilai ekonomi dan memberikan sumbangan terhadap PDRB Metropolitan Semarang sebesar 0,22 %. Menurut laporan Dinas Pertambangan Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah, tahun anggaran 1993/1994 dan Neraca Sumberdaya Alam Spasial Metropolitan Semarang Tahun 1998, jenis sumberdaya mineral yang terdapat di wilayah Kotamadya Semarang hanya termasuk Bahan Galian Golongan C (Nir Strategis dan Nir Vital). Dari hasil pendataan bahan galian golongan C ini, termasuk pada tingkat keyakinan perolehan cadangan tereka antara 20 - 30 %, yaitu berada pada klasifikasi cadangan tereka dan dari 32 penggolongan sumberdaya mineral bahan galian golongan C ini Kotamadya Semarang memiliki 8 jenis bahan galian golongan C, antara lain : Andesit, Basalt, Batugamping, Pasir dan Batu (Sirtu), Tanah liat (Lempung), Tras dan Tanah Urug
F. Bangunan
Sektor bangunan mencakup semua kegiatan pembangunan fisik konstruksi yang berupa gedung, jalan, jembatan, terminal, pelabuhan, dam, irigasi, jaringan listrik, air, telepon dan sebagainya. Pelaksanaan pembangunan tersebut dapat dilaksanakan oleh : pemborong/kontraktor Metropolitan Semarang, pemborong/kontraktor asing, pemborong kontraktor luar kota Semarang, instansi pemerintah pusat maupun daerah, dan perorangan. Pelaku pembangunan di bidang konstruksi adalah menganut konsep domestik, yang artinya bahwa kegiatan tersebut benar-benar dilakukan di Metropolitan Semarang sehingga merupakan produk Metropolitan Semarang.
G. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
Lapangan usaha/Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan terdiri dari Bank, Lembaga keuangan non-Bank dan Jasa Penunjang, Sewa Bangunan, dan Jasa Perusahaan. Atas dasar harga berlaku maka lapangan usaha Bank mempunyai peran paling besar (4,75 % - 3,63 %) dalam pembentukan nilai kontribusi sektor ini terhadap PDRB Metropolitan Semarang tahun 1997-1998. Sedangkan lapangan usaha Jasa Perusahaan memberi kontribusi terkecil (1,08% - 1,06 %). Sedangkan laju pertumbuhan setiap lapangan usaha dalam sektor ini, atas dasar harga berlaku tahun 1997 dan 1998, untuk Bank sebesar 15,59 % menjadi - 3,16 %, Lembaga non-Bank dan Jasa penunjang sebesar 28,58 % menjadi 21,21 % Sewa Bangunan sebesar 26,80 % menjadi 12,90 %, dan Jasa perusahaan sebesar 12,15 % menjadi 20,78 %. Angka tersebut menunjukkan bahwa lapangan usaha Jasa perusahaan mengalami kenaikan terbesar laju pertumbuhan positif (20,78 %). Sedangkan lapangan usaha Bank mengalami penurunan terbesar laju pertumbuhan negatif (-3,16 %). Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan atas dasar harga berlaku, memberi peranan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 1998 Metropolitan Semarang sebesar 6,76 persen (Rp. 640.042.870.000,-).
Ekonomi Kota Semarang cukup besar karena statusnya sebagai ibu kota provinsi Jawa Tengah. Perekonomian Kota Semarang menurut data BPS 2012 didominasi sektor Industri dan sektor Perdagangan. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) 2012 atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 54,38 Triliun. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi ditandai dengan banyaknya gedung tinggi berupahotel, kantor dan apartemen di Kota Semarang. Maka di Semarang terdapat Kawasan Bisnis Terpadu - Central Business Districts (CBD).
Sebagai ibukota provinsi Jawa Tengah dan kota metropolitan terbesar kelima di wilayah Republik Indonesia, Semarang telah bertransformasi dan berubah berdinamika menuju kearah yang lebih baik lagi. Dalam waktu kurang dari 10 tahun Metropolitan Semarang terus membangun mempunyai andil dalam finansial yang vital di Indonesia dikarenakan sektor perdagangan dan industri serta jasanya yang berkembang. Sebagai konsekuensinya daya beli masyarakat meningkat, arus modal masuk, indeks kepercayaan konsumen dan doing business yang relatif kondusif berkembang beberapa Kawasan Bisnis Terpadu atau CBD (Central Business District). Beberapa CBD yang masuk dalam kawasan prime segitiga emas antara lain : Simpang Lima City Center (SLCC), Pemuda Central Business District (PCBD), dan Gajahmada Golden Triangle (GGT).
H. Pariwisata
Pariwisata di Semarang sangat beragam dan menarik dan dapat menambah devisa.
Wisata Alam
- Pulau Tirangcawang , di Kelurahan Tugu
- Pantai Tirang , di Kelurahan Tambak Harjo
- Pantai Marina , di Kelurahan Tawangsari
- Pantai Maron , di Kelurahan Tambak Harjo
- Goa Kreo , di Kelurahan Kandri
- Taman Lele Semarang , di Kelurahan Tambakaji
- Curug Lawe di Gunungpati
- Curug Benowo di Gunungpati
Wisata sejarah
- Museum MURI , di Kelurahan Tegalsari
- Museum Perkembangan Islam Jawa Tengah , di Kelurahan Tegalsari
- Museum Jamu Nyonya Meneer , di Kelurahan Muktiharjo
- Museum Jawa Tengah , di Kelurahan Gisikdrono
- Museum Mandala Bhakti , di Kelurahan Pindrikan Kidul
- Lawang Sewu , di Kelurahan Pindrikan Kidul
- Tugu Muda , di Kelurahan Pindrikan Kidul
- Candi Tugu , di Kelurahan Tugurejo
Wisata religius
- Masjid Agung Jawa Tengah , di Kelurahan Sambirejo
- Masjid Baiturrahman Semarang , di Simpanglima
- Masjid Kauman Semarang , di daerah Kauman, Johar
- Klenteng Sam Po Kong , di daerah Simongan
- Gereja Blenduk , di Kecamatan Semarang Utara
- Gereja Katedral Semarang di Kelurahan Randusari
- Gereja JKI Injil Kerajaan Semarang di Kelurahan Tawangsari
- Vihara Mahavira Graha di Kelurahan Tawangsari
- Pagoda Buddhagaya , di Pudak Payung, Banyumanik, Semarang Selatan
Wisata keluarga
- Wonderia , di Kelurahan Tegalsari
- Kebun Binatang Mangkang , di Kelurahan Mangkang Kulon
- Taman Mini Jawa Tengah (Maerokoco) , di Kelurahan Tawangsari
Wisata malam
· Alun-Alun Kota Semarang (Simpang 5)- Taman Pandanaran (Taman Warak Ngendok )
- Taman KB
Sejarah Semarang berawal kurang lebih pada abad ke-6 M, yaitu daerah pesisir yang bernama Pragota (sekarang menjadi Bergota) dan merupakan bagian dari kerajaan Mataram Kuno . Daerah tersebut pada masa itu merupakan pelabuhan dan di depannya terdapat gugusan pulau-pulau kecil. Akibat pengendapan, yang hingga sekarang masih terus berlangsung, gugusan tersebut sekarang menyatu membentuk daratan. Bagian kota Semarang Bawah yang dikenal sekarang ini dengan demikian dahulu merupakan laut. Pelabuhan tersebut diperkirakan berada di daerah Pasar Bulu sekarang dan memanjang masuk ke Pelabuhan Simongan, tempat armada Laksamana Cheng Ho bersandar pada tahun 1435 M. Di tempat pendaratannya, Laksamana Cheng Ho mendirikan kelenteng dan mesjid yang sampai sekarang masih dikunjungi dan disebut Kelenteng Sam Po Kong (Gedung Batu).
Pada akhir abad ke-15 M ada seseorang ditempatkan oleh Kerajaan Demak, dikenal sebagai Pangeran Made Pandan (Sunan Pandanaran I), untuk menyebarkan agama Islam dari perbukitan Pragota. Dari waktu ke waktu daerah itu semakin subur, dari sela-sela kesuburan itu muncullah pohon asam yang arang (bahasa Jawa: Asem Arang), sehingga memberikan gelar atau nama daerah itu menjadi Semarang.
Sebagai pendiri desa, kemudian menjadi kepala daerah setempat, dengan gelar Kyai Ageng Pandan Arang I . Sepeninggalnya, pimpinan daerah dipegang oleh putranya yang bergelar Pandan Arang II (kelak disebut sebagai Sunan Bayat atau Sunan Pandanaran II atau Sunan Pandanaran Bayat atau Ki Ageng Pandanaran atau Sunan Pandanaran saja ). Di bawah pimpinan Pandan Arang II, daerah Semarang semakin menunjukkan pertumbuhannya yang meningkat, sehingga menarik perhatian Sultan Hadiwijaya dari Pajang. Karena persyaratan peningkatan daerah dapat dipenuhi, maka diputuskan untuk menjadikan Semarang setingkat dengan Kabupaten . Pada tanggal2 Mei 1547 bertepatan dengan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, tanggal 12 rabiul awal tahun 954 H disahkan oleh Sultan Hadiwijaya setelah berkonsultasi dengan Sunan Kalijaga . Tanggal 2 Mei kemudian ditetapkan sebagai hari jadi kota Semarang.
Kemudian pada tahun 1678 Amangkurat II dari Mataram, berjanji kepada VOC untuk memberikan Semarang sebagai pembayaran hutangnya, dia mengklaim daerah Priangan dan pajak dari pelabuhan pesisir sampai hutangnya lunas. Pada tahun 1705 Susuhunan Pakubuwono I menyerahkan Semarang kepada VOC sebagai bagian dari perjanjiannya karena telah dibantu untuk merebut Kartasura. Sejak saat itu Semarang resmi menjadi kota milik VOC dan kemudian Pemerintah Hindia Belanda.
Pada tahun 1906 dengan Stanblat Nomor 120 tahun 1906 dibentuklah Pemerintah Gemeente. Pemerintah kota besar ini dikepalai oleh seorang Burgemeester (Wali kota). Sistem Pemerintahan ini dipegang oleh orang-orang Belanda berakhir pada tahun 1942 dengan datangya pemerintahan pendudukan Jepang.
Pada masa Jepang terbentuklah pemerintah daerah Semarang yang dikepalai Militer (Shico) dari Jepang. Didampingi oleh dua orang wakil (Fuku Shico) yang masing-masing dari Jepang dan seorang bangsa Indonesia. Tidak lama sesudah kemerdekaan, yaitu tanggal 15 sampai 20 Oktober 1945 terjadilah peristiwa kepahlawanan pemuda-pemuda Semarang yang bertempur melawan balatentara Jepang yang bersikeras tidak bersedia menyerahkan diri kepada Pasukan Republik. Perjuangan ini dikenal dengan nama Pertempuran Lima Hari .
Tahun 1946 Inggris atas nama Sekutu menyerahkan kota Semarang kepada pihak Belanda. Ini terjadi pada tanggal l6 Mei 1946. Tanggal 3 Juni 1946 dengan tipu muslihatnya, pihak Belanda menangkap Mr. Imam Sudjahri, wali kota Semarang sebelum proklamasi kemerdekaan. Selama masa pendudukan Belanda tidak ada pemerintahan daerah kota Semarang. Namun para pejuang di bidang pemerintahan tetap menjalankan pemerintahan di daerah pedalaman atau daerah pengungsian di luar kota sampai dengan bulan Desember 1948. daerah pengungsian berpindah-pindah mulai dari kota Purwodadi, Gubug, Kedungjati, Salatiga, dan akhirnya di Yogyakarta. Pimpinan pemerintahan berturut-turut dipegang oleh R Patah, R.Prawotosudibyo dan Mr Ichsan. Pemerintahan pendudukan Belanda yang dikenal dengan Recomba berusaha membentuk kembali pemerintahan Gemeente seperti pada masa kolonial dulu di bawah pimpinan R Slamet Tirtosubroto. Hal itu tidak berhasil, karena dalam masa pemulihan kedaulatan harus menyerahkan kepada Komandan KMKB Semarang pada bulan Februari 1950. tanggal I April 1950 Mayor Suhardi, Komandan KMKB. menyerahkan kepemimpinan pemerintah daerah Semarang kepada Mr Koesoedibyono, seorang pegawai tinggi Kementerian Dalam Negeri di Yogyakarta. Ia menyusun kembali aparat pemerintahan guna memperlancar jalannya pemerintahan.
4. KONSEP POLITIK
Sejak tahun 1945 para wali kota yang memimpin kota besar Semarang yang kemudian menjadi Kota Praja dan akhirnya menjadi Kota Semarang adalah sebagai berikut:
· Mr. Moch.lchsan (1945-1949)
· Mr. Koesoedibiyono Tjondrowibowo (1949–1 Juli 1951)
· RM. Hadisoebeno Sosrowerdoyo (1 Juli 1951–1 Januari 1958)
· Mr. Abdulmadjid Djojoadiningrat (7 Januari 1958–1 Januari 1960)
· RM Soebagyono Tjondrokoesoemo (1 Januari 1961–26 April 1964)
· Mr. Wuryanto (25 April 1964–1 September 1966)
· Letkol. Soeparno (1 September 1966–6 Maret 1967)
· Letkol. R. Warsito Soegiarto (6 Maret 1967–2 Januari 1973)
· Kolonel Hadijanto (2 Januari 1973–15 Januari 1980)
· Kol. H. Iman Soeparto Tjakrajoeda SH (15 Januari 1980–19 Januari 1990)
· Kol. H. Soetrisno Suharto (19 Januari 1990–19 Januari 2000)
· H. Sukawi Sutarip SH. (19 Januari 2000–2010)
· Drs. H. Soemarmo HS, MSi. (2010–2013)
· Hendrar Prihadi, SE, MM. (2013-2015; 2016-sekarang)
· Tavip Supriyanto ( Pejabat Sementara , 2015-2016)
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
DPRD Kota Semarang hasil Pemilihan Umum Legislatif 2014 tersusun dari 9 partai, dengan perincian sebagai berikut:
| Partai | Kursi |
| PDI-P | 15 |
| Partai Gerindra | 7 |
| PKS | 6 |
| Partai Demokrat | 6 |
| Partai Golkar | 5 |
| PKB | 4 |
| PAN | 4 |
| PPP | 2 |
| Partai NasDem | 1 |
| Total | 50 |
5. KONSEP HUKUM
Peraturan Daerah (Perda) Kota Semarang 2016
1. Perda Nomor 1 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Bantuan Hukum;
2. Perda Nomor 2 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Retribusi Jasa Umum di Kota Semarang ;
3. Perda Nomor 3 Tahun 2016 tentang Analisis Dampak Lalu Lintas;
4. Perda Nomor 4 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan;
5. Perda Nomor 5 Tahun 2016 tentang Perlindungan Perempuan dan Anak dari tindak kekerasan;
6. Perda Nomor 6 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Semarang Tahun 2016 – 2021;
7. Perda Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Semarang Tahun Anggaran 2015;
8. Perda Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pengelolaan pohon pada ruang terbuka hijau publik, jalur hijau, jalan dan taman;
9. Perda Nomor 9 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 8 Tahun 2013 tentang Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Moedal Kota Semarang;
10. Perda Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 8 Taun 2015 tentang Penyertaan Modal Pemerintah Kota Semarang kepada Badan Usaha Milik Daerah Kota Semarang dan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah Tahun 2015 – 2017;
11. Perda Nomor 11 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Publik;
12. Perda Nomor 12 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Kemiskinan di Kota Semarang;
13. Perda Nomor 13 Tahun 2016 tentang Pembentukan Holding Company Perseroan Terbatas Bhumi Pandanaran Sejahtera
(PERSERODA) Kota Semarang;
14. Perda Nomor 14 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan susunan Perangkat Daerah
Kota Semarang;
15. Perda Nomor 15 Tahun 2016 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Semarang Tahun Anggaran 2016.
PROGRAM PEMBENTUKAN PERDA (PROTUKDA) 2016
1. Raperda Kota Semarang tentang Ketertiban Umum.(INISIATIF DPRD)
2. Raperda Kota Semarang tentang Pelayanan Publik (INISIATIF DPRD)
3. Raperda Kota Semarang tentang Retribusi Ijin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol. (INISIATIF DPRD)
4. Raperda Kota Semarang tentang Pengawasan DPRD terhadap Pelaksanaan APBD. (INISIATIF DPRD)
5. Raperda Kota Semarang tentang Sanitasi. (INISIATIF DPRD)
6. Raperda Kota Semarang tentang Perumahan. (INISIATIF DPRD)
7. Raperda Kota Semarang tentang Perlindungan Perempuan dan Anak. (INISIATIF DPRD)
8. Raperda Kota Semarang tentang Pembiayaan Pendidikan. (INISIATIF DPRD)
9. Raperda Kota Semarang tentang Kepemudaan. (INISIATIF DPRD)
10. Raperda Kota Semarang tentang Pengelolaan Rumah Kos. (INISIATIF DPRD)
11. Raperda Kota Semarang tentang APBD Kota Semarang Tahun Anggaran 2017.
12. Raperda Kota Semarang tentang Perubahan APBD Kota Semarang Tahun Anggaran 2016.
13. Raperda Kota Semarang tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kota Semarang Tahun Anggaran 2015.
14. Raperda Kota Semarang tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2015-2020.
15. Raperda Kota Semarang tentang Perubahan atas Perda Kota Semarang nomor 13 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah dan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Semarang.
16. Raperda Kota Semarang tentang Perlindungan Pohon dan Ruang Terbuka Hijau.
17. Raperda Kota Semarang tentang Perubahan atas Perda Kota Semarang nomor 3 tahun 2011 tentang Pajak Hotel.
18. Raperda Kota Semarang tentang Perubahan atas Perda Kota Semarang nomor 4 tahun 2011 tentang Pajak Restoran.
19. Raperda Kota Semarang tentang Perubahan atas Perda Kota Semarang nomor 5 tahun 2011 tentang Pajak Hiburan.
20. Raperda Kota Semarang tentang Perubahan Atas Perda Kota Semarang nomor 6 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame.
21. Raperda Kota Semarang tentang Perubahan Atas Perda Kota Semarang nomor 8 Tahun 2011 tentang Pajak Air Tanah.
22. Raperda Kota Semarang tentang Perubahan Atas Perda Kota Semarang nomor 2 Tahun 2012 tentang Retribnusi Jasa Umum
23. Raperda Kota Semarang tentang Perubahan Atas Perda Kota Semarang nomor 3 Tahun 2012 tentang Retribnusi Jasa Usaha.
24. Raperda Kota Semarang tentang Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi (TPTGR).
25. Raperda Kota Semarang tentang Penyelenggaraan Reklame.
26. Raperda Kota Semarang tentang Administrasi Kependudukan.
27. Raperda Kota Semarang tentang Perubahan Atas Perda Kota Semarang nomor 12 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Semarang.
28. Raperda Kota Semarang tentang Perusahaan Daerah Taman Margasatwa.
6. KONSEP PENDIDIKAN
Di Kota Semarang terdapat sejumlah perguruan tinggi ternama baik negeri maupun swasta. Bahkan berdasarkan peringkat universitas di Indonesia menurut Webometrics terdapat 6 universitas di Semarang termasuk 100 universitas terbaik Indonesia. Berdasarkan data dari DAPODIK Kota Semarang 2010/2011, perguruan tinggi di Kota Semarang antara lain :
Perguruan Tinggi Negeri :
- Universitas Diponegoro (UNDIP)
- Universitas Negeri Semarang (UNNES)
- Politeknik Negeri Semarang ( POLINES )
- UIN Walisongo
- Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang (P3B/BPLP/PIP)
- Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang (POLTEKKES Semarang)
Perguruan Tinggi Swasta :
- Universitas Dian Nuswantoro (UDINUS)
- Universitas Katolik Soegijapranata (UNIKA)
- Universitas STIKUBANK
- Universitas Pandanaran (UNPAND)
- STIE Totalwin Semarang
- Sekolah Tinggi Ilmu Elektronika dan Komputer Semarang (STEKOM)
- Universitas Sultan Agung (UNISSULA)
- Universitas Semarang
- Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG)
- Universitas Muhammadiyah Semarang
- Universitas Wahid Hasyim Semarang
- Universitas AKI Semarang
- Akademi Statistika (AIS) Muhammadiyah Semarang
- STMIK ProVisi IT College
- AKABA 17 Agustus 1945
- STIE Dharma Putra
- Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bank BPD Jateng
- Kolese PIKA
Sekolah Menengah Atas Negeri dan Swasta :
- SMA Negeri 1 Semarang
- SMA Negeri 2 Semarang
- SMA Negeri 3 Semarang
- SMA Negeri 4 Semarang
- SMA Negeri 5 Semarang
- SMA Negeri 6 Semarang
- SMA Negeri 7 Semarang
- SMA Negeri 8 Semarang
- SMA Negeri 9 Semarang
- SMA Negeri 10 Semarang
- SMA Negeri 11 Semarang
- SMA Negeri 12 Semarang
- SMA Negeri 13 Semarang
- SMA Negeri 14 Semarang
- SMA Negeri 15 Semarang
- SMA Negeri 16 Semarang
- SMA Ibu Kartini
- SMA Budi Luhur Saint Michael
- SMA Citi School
- SMA Kolese Loyola
- SMA Karangturi
- SMA Sedes Sapiantiae
- SMA Kebon Dalem
- SMA Kristen Terang Bangsa
- SMA Kristen Tri Tunggal
- SMA Kristen YSKI
- SMA Krista Mitra
- SMA Pangudi Luhur Don Bosco
- SMA Theresiana 1
- SMA Theresiana 2
- SMA Islam Sultan Agung 1
- SMA Islam Sultan Agung 2
- SMA Semesta
- SMA Sint Louis
- SMA Kesatrian 1
- SMA Kesatrian 2
- SMA Hidayatullah
- SMA Nasima
- SMA Mataram
- SMA Islam Al-Azhar 15
JENJANG SEKOLAH
|
JUMLAH DI KOTA SEMARANG
|
| Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) | 89Sekolah |
| Sekolah Menengah Pertama Negeri dan Swasta | 218 Sekolah |
| Sekolah Dasar Negeri dan Swasta | 547 Sekolah |
| Jumlah TK Negeri dan Swasta | 778 Sekolah |
| Jumlah PAUD | 106 Sekolah |
Hasil survey Jumlah Partisipan Sadar Sekolah tahun 2015
| Jenjang Sekolah |
Jumlah Partisipan
|
|
| Laki-laki | Perempuan | |
| SD | 99,27 | 91,24 |
| SMP | 76,69 | 81,80 |
| SMA | 71,39 | 60,92 |
| Perguruan Tinggi Negeri | 37,52 | 32,35 |
Hasil survey guru Sekolah Dasar di Kota Semarang Tahun 2015 ialah 7.447 Guru dari Sekolah Swasta maupun Negeri.
7. KONSEP KESEHATAN
Terdapat beberapa rumah sakit besar di Semarang antara lain:
- RSUP Dr. Karyadi
- RSUD KRMT Wongsonegoro
- RSU Tlogorejo
- Rumah Sakit Elizabeth
- Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum
- Rumah Sakit Panti Wilasa Dr. Cipto
- RSU PKU Muhammadiyah Roemani
- Rumah Sakit William Both
- Rumah Sakit Islam Sultan Agung
- Rumah Sakit Columbia Asia Semarang
- Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND)
|
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
8. KONSEP ANTROPOLOGI
Merujuk pada bangunan sejarah dan nama-nama tempat di Kota Semarang, kebudayaan yang dulu berkembang seperti Islam, Tionghoa, Eropa dan Jawa (pribumi). Keempat kebudayaan tersebut berbaur dan berpengaruh penting pada perkembangan Semarang tempo dulu. Sampai sekarang sisa kebudayaan tersebut masih berdiri dengan kokoh diterpa budaya modern yang berada disekitar Pasar Johar (Kali mberok).
Sejarah Semarang lama mencatat bahwa terdapat tempat-tempat yang menjadi pusat peradaban budaya yang saat ini masih eksis dan sebagian hanya tinggal kenangan (bangunan tua). Tempat tersebut dibagi menjadi 4 (empat) yaitu : Kampung Kauman, Kampung Pecinan, Kampung Belanda ( Little Netherland), dan Kampung Melayu. Kampung Kauman pada tempo dulu merupakan kawasan padat penduduk keturunan jawa, namun sekarang keturunan Arab juga banyak yang mendiami daerah ini. Kampung Pecinan dihuni sebagian besar oleh keturunan Tionghua dan Kampung Belanda merupakan daerah pemerintahan dan kota kecil yang sekarang disebut dengan Semarang Kota Lama. Sementara Kampung Melayu dahulu lebih banyak keturunan Arab, tetapi saat ini masyarakat Jawa juga lebih banyak berada di daerah kampung melayu.
Keberagaman penduduk tersebut juga membuat keberagaman kebudayaan. Setiap warga Semarang mempunyai kebudayaannya sendiri-sendiri berdasarkan negara asalnya. Namun seiring berjalannya zaman terjadi sebuah pembauran secara kultur. Seolah tidak ada batas antara kelompok masyarakat satu dengan masyarakat yang lain. Sehingga jadi sebuah masyarakat yang multikultul dan multietnis.
Dalam catatan, sejarah Kota Semarang ini didirikan oleh seorang pemuda bernama Ki Pandan Arang pada tahun 1476 M. Ki Pandan Arang inilah dalam msyarakat Semarang disebut sebagai pendiri Kota Semarang dan sekaligus menjadi bupati Semarang yang pertama. Ki Pandan Arang diberikan izin dari Kesultanan Demak untuk membuka wilayah yang berada di sebelah barat Demak, yang belakang hari disebut Semarang. Sehingga inilah yang menjadikan mayoritas masyarakat Kota Semarang beragama Islam. Selain agama Islam, penduduk kota Semarang juga mengakut agama lain seperti Katholik, Kristen, Buddha, Hindu, Konghucu dan lain-lain.
Masyarakat yang ada di Kota Semarang termasuk masyarakat yang religius. Di mana setiap individu memeluk dan menjalankan agama dan kepercayaannya masing-masing. Hal ini tidak lepas dari sejarah kota Semarang yang merupakan salah satu kota yang menjadi obyek persinggahan dan penyebaran agama, terutama agama Islam yang mayoritas penduduk kota Semarang beragama Islam.
pembedaan. Selain itu dapat dipastikan pula awal bulan Ramadhan secara tegas dan serentak untuk semua paham agama Islam berdasarkan kesepakatan Bupati dengan imam Masjid. Sehingga terlihat semangat pemersatu sangat terasa dalam tradisi yang diciptakan tersebut.
Penduduk Kota Semarang umumnya adalah suku Jawa dan menggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Semarang memiliki komunitas Tionghoa yang besar. Seperti di daerah lainnya di Jawa, terutama di Jawa Tengah, mereka sudah berbaur erat dengan penduduk setempat dan menggunakan Bahasa Jawa dalam berkomunikasi sejak ratusan tahun silam.
Dalam kurun waktu sejarah telah tercatat bahwa Semarang telah mampu berkembang sebagai transformasi budaya, baik yang bersifat religi, tradisi, teknologi maupun aspirasi yang semuanya itu merupakan daya penggerak yang sangat besar nilainya dalam memberi corak serta memperkaya kebudayaaan, kepribadian dan kebanggaan daerah.Nilai-nilai agama yang universal dan abadi sifatnya merupakan salah satu aspek bagi kehidupan dan kebudayaan bangsa.
9. KONSEP PSIKOLOGI
Faktor Yang Mempengaruhi Kondisi Psikologi Masyarakat Kota Semarang
1. Faktor Ekonomi
Faktor ini merupakan faktor terbesar terjadinya masalah sosial di masyarakat perkotaan. Apalagi setelah terjadinya krisis global PHK mulai terjadi di mana-mana dan bisa memicu tindak kriminal karena orang sudah sulit mencari pekerjaan.
2.Faktor Budaya
Kenakalan remaja menjadi masalah sosial di masayarakat perkotaan yang sampai saat ini sulit dihilangkan karena remaja sekarang suka mencoba hal-hal baru yang berdampak negatif seperti narkoba, padahal remaja adalah aset terbesar suatu bangsa merekalah yang meneruskan perjuangan yang telah dibangun sejak dahulu.
3.Faktor Biologi
Penyakit menular bisa menimbulkan masalah sosial di masayarakat perkotaan bila penyakit tersebut sudah menyebar disuatu wilayah atau menjadi pandemik.
Kondisi masyarakat Semarang kepadatan penduduk cukup terlihat dan langsung dapat dirasakan sendiri dampak negatif dari kepadatan itu sendiri. Karena rumah warga setempat yang terletak saling berdempetan sehingga memungkinkan antara tetangga mendengar pembicaraan yang terjadi di samping tempat tinggalnya.Sehingga kadang terjadi konflik kecil antar warga.selain itu tingkat kriminalitas di tempat penulis tinggal cukup tinggi.Tercatat ada beberapa kali kasus kemalingan seperti kendaraan bermotor, harta benda maupun tanaman hias.Hal tersebut terjadi karena kondisi dimana penulis tinggal kurang pencahayaan pada malam hari dan dekat dengan lokasi pasar yang cukup strategis untuk melakukan tindak kriminal.
Akibat dari kepadatan yang tinggi menurut Hamistra dan Mc. Farling yaitu :
1.Fisik, seperti peningkatan detak jantung, tekanan darah yang meningkat, dan lain sebagainya.
2.Akibat sosial, menyebabkan kenakalan dan tingkat kriminalitas yang tinggi.
Manusiapun menampakan tingkah laku yang menyerupai behavioral sink sebagai akibat dari kepadatan dan kesesakan. Holahan mencatat beberapa gejala sebagai berikut :
Dampak pada tingkah laku sosial
1. Agresi
2. Menarik diri dari lingkungan sosial
3. Berkurangnya tingkah laku menolong
4.Cenderung lebih banyak melihat sisi buruk dari orang lain jika terlalu lama tinggal bersama orang lainitu jika berada dalam tempat yang padat dan sesak.
Dampak pada hasil usaha dan suasana hati
1. Hasil usaha dan prestasi kerja menurun
2. Suasana hati cenderung lebih murung.
Ada tiga faktor yang menyebabkan suara secara psikologis dianggap bising yaitu :
1. Volume, suara yang semakin keras dirasa akan semakin mengganggu.
2.Perkiraan, jika kebisingan dapat diperkirakan datangnya bunyi teratur maka kesan gangguan yang timbul akan lebih kecil dibanding suara yang datangnya tiba-tiba.
3. Pengendalian, bising atau tidak terganggu dari bagaimana kita mengaturnya.
Dampak psikologis
Kebisingan dapat mengganggu kesejahteraan emosional. Pada lingkungan yang ekstrim penduduk bisa bersikap agresif, penuh dengan curiga, dan cepat merasa jengkel.
Ada juga penelitian tentang psikologi masyarakat Kota Semarang yaitu :
Faktor Psikologis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu motivasi, pembelajaran dan sikap. Motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong konsumen untuk memenuhi kebutuhannya dalam mencapai tujuannya (Mangkunegara, 2007: 93). Motivasi yang dimiliki seseorang akan menentukan tingkat keterlibatannya atas suatu produk atau jasa. Pembelajaran merupakan proses yang dilakukan oleh konsumen untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman tentang pembelian dan konsumsi yang dapat diaplikasikan untuk perilaku di masa yang akan datang (Schiffman dalam Rangkuti, 2009:112). Proses pembelajaran ini memiliki kecenderungan untuk merubah perilaku seseorang karena pengalaman yang diperoleh. Sedangkan sikap (attitude) adalah evaluasi, perasaan emosional dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap suatu obyek atau gagasan (Kotler, 2004:200). Sikap positif pada konsumen akan memberikan ketertarikan terhadap produk atau jasa. Namun sebaliknya, sikap negatif akan membuat konsumen cenderung menghindari dan tidak menjadikan produk atau jasa sebagai alternatif dalam pengambilan keputusan.
10. KONSEP SOSIOLOGI
Dari berbagai macam perubahan yang terjadi di dalam masyarakat, disini saya akan lebih melihat dalam perubahan kehidupan sosial masyarakatnya. Dalam segi kehidupan sosial, untuk masyarakat di daerah Kebonharjo Semarang mengalami perubahan yang cukup signifikan. Ketika dahulu, masyarakat di lingkungan tempat ini memiliki prestise yang sangat buruk akibat pola perilaku mereka yang tidak baik, perilaku tidak baik tersebut terjadi karena masyarakat mengalami rasa anti sosial dan karena masalah ekonomi, serta masalah pendidikan misalnya suka main judi, melakukan pemalakan terhadap orang pendatang atau orang yang bertujuan mengunjungi saudaranya yang tinggal di daerah ini. Selain tindakan kriminal tersebut banyak masyarakat yang kurang sadar akan pentingnya pendidikan dalam era sekarang ini, sehingga mereka memutuskan untuk putus sekolah dan memilih untuk bekerja. Hal ini terjadi karena pola pikir masyarakat yang kurang maju. Mereka beranggapan bahwa sekolah terlalu tinggi itu tidak penting karena toh pada akhirnya masih saja cari kerja susah dan pada akhirnya bekerja sebagai buruh pabrik. Selain beranggapan sedimikian rupa, beberapa dari mereka merasa bahwa daya pikir mereka tidak mampu lagi untuk berpikir dan melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya. Dengan tingkat pendidikan yang sangat rendah ini akan berpengaruh pula pada kondisi ekonomi masyarakat tersebut. Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan masyarakat kesulitan mencari pekerjaan. Bahkan ketika mereka bekerja pastinya susah untuk mendapatkan pekerjaan yang enak, karena biasanya mereka hanya menjadi buruh pabrik. Dimana buruh pabrik tersebut dapat dibaratkan sebagai “sapi perah” karena mereka perlu memforsir tenaga dengan tujuan untuk mendapatkan gaji yang lebih. Karena masyarakat tersebut kurang dalam hal pendidikan hingga mereka merasa kekurangan dalam hal ekonomi menyebabkan mereka melakukan sikap anti sosial dengan tujuan untuk memnuhi kebutuhan mereka.
Hal tersebut dirasa sangat mengganggu bagi masyarakat yang sebenarnya tidak melakukan hal buruk tersebut karena jika dibandingkan antara masyarakat yang berperilaku tidak baik tersebut dengan orang-orang yang benar-benar baik masih banyak jumlahnya untuk orang-orang yang benar-benar baik. Namun karena ulah orang-orang kriminal tersebut, masyarakat yang benar-benar baik pun pada akhirnya juga terkena dampaknya yakni mendapat cap bahwa masyarakat tersebut juga memiliki perilaku yang tidak baik.
Seiring berjalannya waktu, daerah ini menjadi lebih baik. Hal ini terjadi disebabkan oleh beberapa faktor yang mendorong perbaikan kualitas individu di dalam masyarakat tersebut. Salah satu faktor tersebut yaitu karena semakin banyaknya pendatang dimana pendatang tersebut memiliki prestise yang baik, misalnya ustad dan polisi bahkan guru. Ustad-ustad
Sumber Referensi :
Badan Pusat Statistik Kota Semarang. Diakses pada : Rabu, 22 Maret 2017 Pukul 09.30 WIB
Disdik.semarangkota.go.id Diakses pada, Minggu, 26 Maret 2017 Pukul 12.40 WIB
http://rivaniatheresa.blogspot.co.id/2014/06/psikologi-masyarakat-perkotaan.html?m=1
Diakses pada : Selasa, 21Maret 2017 Pukul 08.00 WIB
http://smandagaspoll.blogspot.co.id/2013/10/macam-macam-konsep-dasar-geografi-kota.html?m=1
Diakses pada : Selasa, 21 Maret 2017 Pukul 08.10 WIB
http://jdihukum.semarangkota.go.id/perda-2016/ Diakses pada : Rabu, 22 Maret 2017 Pukul 09.15 WIB
http://jdihukum.semarangkota.go.id/perda-2016/ Diakses pada : Rabu, 22 Maret 2017 Pukul 09.20 WIB
http://pnf15045.blogspot.co.id/2015/12/kebudayaan-semarang-antropologi.html?m=1 Diakses pada : Sabtu, 25 Maret 2017 Pukul 09.00 WIB
http://triaoktiviani.blogspot.co.id/2014/01/perubahan-sosial-masyarakat-kota.html?m=1 Diakses pada : Sabtu, 25 Maret 2017 Pukul 09.10 WIB
http://myspillheart.blogspot.co.id/2009/06/kajian-geografi-sosial-kota-semarang.html?m=1
Diakses pada : Sabtu, 25 Maret 2017 Pukul 09.30 WIB
Jurnal Penelitian :
PENGARUH FAKTOR PSIKOLOGIS DAN WORD OF MOUTH TERHADAP KEPUTUSAN PENGGUNAAN BRT TRANS SEMARANG KORIDOR I
Oleh : Kartika Ayu Wulandari, Handojo D.W., Sri Suryoko Diakses pada : Rabu, 22 Maret 2017 Pukul 10.00 WIB
Wikipedia.org Diakses pada : Rabu, 22 Maret 2017 Pukul 09.00 WIB